Blog ini Berisikan Tentang Artikel Seni ( Seni Rupa : Seni Lukis, Seni Patung, DKV yaitu Desain Komunikasi Visual, Karya Photograpy. Seni Kriya : Kriya Kayu, Kriya Logam, Kriya Keramik, Kriya Tekstil, Kriya kulit. Seni Pertunjukkan : Seni Musik, Seni Teater, Seni Karawitan dll. ) dan Karya Seni yang berapa karya lukis, karya patung, karya grafis, photo, karya kriya,tekstil,keramik,logam dan kulit dll.

Rabu, 22 Januari 2014

Alam Menggugat sebuah Konsep Lukisan dari M Aidi Yupri Seniman Indonesia

Rabu, Januari 22, 2014 By Unknown No comments



Alam secara otonom menyusun sistemkehidupannya yang rumit dengan sangat sempurna. Tanpa campur tangan manusiapun, ekosistem alam raya pastinya akan tetap hidup dan tumbuh alamiah. Menjadi beralasankemudian, tokoh transendentalis di New England,Henry David Thoreau menyatakan, bahwa dunia alam—hewan, burung, pohon, bahkanrumput-rumputan—memiliki hak untuk eksis demi dirinya sendiri, bukan untukkemanfaatan umat manusia. Bumi yang kita pijak, bukanlah massa yang lembam dan mati; bumi adalahsebuah tubuh, memiliki jiwa, bersifat organik dan mendapat pengaruh darijiwanya sendiri (Shabecoff, 2000: 35). Manusia dalam kehidupan semesta rayaseharusnya memang berkontribusi lebih bagi kelangsungan alam, bukan malahmenjadi perusak paling ektrem.
M Aidi Yupri " Alamn Menggugat "


Berderetfakta telah membuktikan, betapa oleh manusia, semesta disakiti, bahkan beberapabagian alam dilenyapkan secara sistematis. Polusi udara, air laut tercemar,hutan-hutan hijau digundul, hingga eksploitasi semena-mena perut bumi. Bencanapun mengorbit oleh kerakusan manusia atas alam ini; banjir terjadi di saatmusim kemarau, ikan-ikan laut tercemar merkuri, udara melampaui ambang sehatuntuk dihirup, hingga suhu bumi pun kian memanas. Manusia ternyata tanpa dayamenghadapi gelombang pasang berbagai bencana itu.

Sudahsepatutnya alam semesta didengar, dijadikan guru. Bagaimana pun, jika manusiatetap bersikukuh dalam genggaman egoisme, tentu tak ada yang mustahil darikisah tragedi kiamat; lenyap-sirna seluruh kehidupan bumi, seperti diperkirakanbanyak peramal lingkungan.
Alam Menggugat oleh M Aidi Yupri Seniman Indonesia


Sebatang Pohon, Setumpuk Buku Kehidupan

Adalah perupa kelahiran 24 Desember 1981, M. Aidi Yupri berkehendak menyusuri suara-suara alam. Menyediakan ruang bagi alam untuk bersenandung, berucap soaletik laku kehidupan harmoni bumi. Pada titik inilah, adab kehidupan tetua dimasa lalu menjadi kitab kehidupan yang mesti ditimbang. Di mana kehidupansejalan-seiring bersama tetumbuhan, satwa alam, dan juga ajegnya air bersih,dan udara segar tanpa polusi.

Berderetkearifan moyang tadi diwarisi Aidi kecil di kampung halamannya Pancuran Mas,Magelang. Oleh kakek buyut, juga ayahnya sendiri, sejak dini telah dilatihmembibit, menanam dan memelihara pohon-pohon jati di kebun. Keseharian tak ubahpotret bermain bersama berjenis-jenis pepohonan. Bagi Aidi, mengenali pohon,tak ubah membaca berhalaman-halaman buku. “Pohon memberi banyak pelajaran soalhakekat kehidupan. Dunia pohon dan tetumbuhan adalah realitas yang menerangi;memberi daya hidup bagi seisi bumi,” urai perupa lulusan Seni Rupa Murni ISIYogyakarta itu dalam sebuah kesempatan bersama penulis.

Dalamtradisi Jawa-Bali masa lalu, laksana dunia pohon dan tetumbuhan diibaratkanelok-laku sosok manusia. Tersebutlah dua kitab maha penting, bagaimana leluhurmembaca dan meyakini alam sebagai roh hidup yang bersaudara dengan manusia.Kitab pertama bernama Taru Pramana (memuatihwal tetumbuhan sebagai bahan obat-obatan), kitab berikutnya bernama Aji Janantaka (mengatur perihaltetumbuhan dan pepohonan yang diperbolehkan menjadi bahan bangunan rumah, punbangunan ibadah). Dua kitab ini pula mengajari bagaimana manusia sesungguhnyabegitu bergantung pada alam tetumbuhan, dari bahan obat, hingga untuk tempattinggal.

Berangkatdari kepercayaan dan perilaku hidup meng-alam sedari usia dini itu, Aiditersadar menjadikan alam sekitar sebagai subyek kreatif. Pohon dalam tiapdetail, juga ihwal filosofinya yang lekat, senantiasa menantang daya intuitif.Lewat indah helai daun, Aidi menemukan berlimpah hikayat kehidupan; secarareflektif memancing daya kritis untuk mencipta metafora baru. Pun takterelakkan lagi, bayangan pepohonan menjadi penanda dalam merangkai bacaan soalkecintaan pada bumi. Sebut misal, karya Aidi berjudul “Deformasi Hijau”bersubjek sehelai daun jati yang digunting. Karya yang boleh jadi bertuturkeprihatinan hilangnya ruang hijau. Jangankan hutan tropis yang luas, selembardaun pun kini telah terjarah tangan-tangan rakus kapitalisme. Sebuah kekritisan yang subtil.
Sekilas nampaksebatang pohon yang sudah di tebang memantulkan bayangan yang membentuk sebuah pohon...oleh M Aidi Yupri


Menjelangtugas akhir untuk meraih gelar sarjana tahun 2006, Aidi telah intensifmengekplorasi dunia tetumbuhan dan pepohonan. Jagat alam yang sedemikian dalamtelah memantik segala keyakinan dan endapan hasrat seninya. Diakui atau tidak,karya-karya yang bertema alam inilah yang menjadikan sosok Aidi mulai disorotdan diintip langkah kreatifnya oleh publik seni rupa nasional.

Kembalike soal kerangka kreatif perupa peraih penghargaan karya lukis dan sketsaterbaik tahun 2002/2003 FSR ISI Yogyakarta itulebih pada penyelaman laksana sehari-hari dunia tetumbuhan dan pohon. Menjadibenar, bahwa environmental aesthetics sesungguhnyaadalah estetika dalam kehidupan sehari-hari (Light and Smith, dalam Carlson,2005: 552). 

Aidi menuliskan konsepnya, “mencari makna tentang alam, terutamanyadalam sosoknya sebagai tetumbuhan dan pohon. Menunjuk ke sebuah pernyataan(modifikasi dari slogan yang dikumandangkan John F. Kennedy tentang wargaNegara dengan Negara-nya sendiri), jangan tanyakan seberapa Alam telah memberikehidupan bagi manusia, tapi tanyakan sejauh mana manusia sanggup berkorbandemi kelangsungan ekosistem alam dan lingkungan?”. Pernyataan yang mengantarkankita pada sebuah tanda tanya besar atas prinsip hidup manusia yang tak lagiselaras bersama semesta, dan lingkungan sekitar. Sepertinya estetika lingkunganmemang harus dikembalikan sebagai realitas keindahan dan daya kritissehari-hari.

BerikanAlam Semesta Bicara   
Dalam pameran tunggal bertajuk “AlamMenggugat”, sebuah tajuk serapan dari karya pendiri Republik IndonesiaSoekarno; Indonesia Menggugat, berhasrat untuk menyibak secara berempatikumandang alam semesta raya tentang dirinya dan juga berkait hal-hal menyangkutkeseharian manusia. Inilah ruang, bagaimana Aidi secara sadar berhasrat untukmendengar keluh kesah, rintih tangis, tutur kebajikan, dan juga segala protesalam pada laku hidup manusia. Sebuah langkah menjadikan alam sebagai maha gurukehidupan, sebagaimana kalangan sufi mencari keilahian semata hanya denganbersekutu bersama semesta alam.

Aidi berhasil merenangi renik-renikkehidupan alam: batang pohon, helai daun, bunga lotus yang mekar, ikan koimenari, hingga sosok bayangan pepohonan diterpa matahari, dijumput dengansimpati ke dalam karya-karyanya. Secara kekaryaan muncullah citra benda-bendayang mengidentikkan makna dialogis; filsafat alam dan dunia material manusia.Bohlam (bola lampu listrik) muncul membingkai narasi harmoni kehidupan alam,sebut karya Aidi berjudul “Di Balik Cahaya “, dan “Kokoh Berpijar” menunjukkansemangat itu.

Bagaimana alam dipahami sebagaikitab kehidupan paling sempurna, Aidi menjumput buku sebagai penanda visual.Buku baik secara denotatif sekaligus konotatif niscaya sebuah medan ilmu pengetahuan yang tiada batas.Secara gamblang dan mengena dinyatakan dalam karya bertajuk “ProyeksiKata-Kata” (2010), subjek buku dengan huruf-hurufnya yang lepas-berjatuhanmembentuk bayangan pohon. Juga karya berjudul “Pustaka Alam” sebuahpenggambaran bagaimana bayangan pohon merefleksi makna-makna di tiap lembarhalaman buku-buku. Atau dalam pengertian sebaliknya, tiap halaman buku adalahsoal menghidupkan kehidupan, tak terkecuali tetumbuhan dan pohon.    
M Aidi Yupri.......AlamMenggugat

Karya trimatra (berbentuk bukudengan halaman terbuka) berjudul “Cukup Satu Kata: Pohon” nampak semakin kuatmenggali tematik “Pohon” yang dimaknai ekuivalen dengan memahamiberhalaman-halaman isi buku. Buku tentu menunjuk soal tingkatan pemahamanbersifat filosofis; ihwal kebijaksanaan. Ini selaras dengan imaji bayangandedaunan yang digambarkan bak tumpukan huruf-huruf.

Selain wacana tematik, karyatrimatra ini, juga boleh disebut menalarkan konsep baru seni lukis kontemporer,yakni bagaimana seni lukis tidak hanya sebagai lukisan, melainkan jugamerepresentasikan ide tentang lukisan (Schwabsky, dalam Breuvart, 2002: 08).Pandangan yang memperluas jangkauan seni lukis, dari sebelumnya sebatasmenuangkan ide-ide menjadi lukisan, kini juga menimbang ide-ide tentangpenciptaan (konsep) lukisan baru. Lukisan berdimensi tiga sudut pandang, dimana karya “Cukup Satu Kata: Pohon” memiliki ketebalan senyata buku berukuranbesar. Pemahaman ini juga mengingatkan pada karya-karya instalasi Aidi, yangjuga merupakan upaya perluasan dari prinsip-prinsip seni lukis.

Dalam karya instalasi “Pesan Hijau”Aidi merangkai sedemikian rupa tonggak-tonggak kayu berbahan resin, dengansulur bayangan pohon yang dilukisnya di tembok. Berbaris tunggul kayu sisatebangan itu memantulkan bayangan akan kenyataan emas hijau yang kini telahjadi lapang. Tunggul-tunggul menyisakan kekejaman pembabatan hutan, pernyataanAlam yang menggugat nurani manusia.

Menjumput kenyataan alam, berikutdielaborasi secara berempati, menjadikan eksplorasi kreatif Aidi berjarak darikecenderungan pelukisan alam selayak Mooi Indie. Sebagaimana prinsipkarya-karya kontemporer, Aidi juga mengemas jangkauan kreatifnya denganbacaan-bacaan kritis kehidupan sosial kontemporer. Subjek alam dihadirkannyadengan perangkat simbol-simbol sosial baru yang menggugah daya kritis kitasemua. Selamat mengapresiasi.     
    
Wayan Kun Adnyana

SumberBacaan,

Adnyana, Wayan Kun, Nalar Rupa Perupa, Yayasan Arti, Denpasar, 2007.
Carlson, Allen, “EnvironmentalAesthetics” dalam The RoutledgeCompanion to Aesthetics, edisi kedua, editor: Gaut, Berys dan Lopes,Dominic Mclver, Routledge, New York, 2005.
Shabecoff, Philip, Sebuah NamaBaru untuk Perdamaian, Penerj: P. Soemitro,Yayasan Obor Indonesia, Jakarta,1999.
Schwabsky,Barry. “Painting in The InterrogativeMode”, dalam Valerie Breuvart (editor), VitaminP: New Perspectivein Painting, Phaidon, London, 2002.
Wawancara penulis dengan perupa AidiYupri dilakukan di studio Aidi di Yogyakarta, Rabu (10 Maret 2010), dan Rabu(14 April 2010).


0 komentar:

Posting Komentar