Sabtu, 04 Januari 2014
Definisi Kaligrafi dan Khat
Definisi
Kaligrafi dan Khat
Kaligrafi berasal dari bahasa Yunani. (kallos) berarti indah dan
(graphe) yang artinya tulisan. Syaikh Syamsuddin Al Akhfani (Dalam Irsyad Al
Qoshid, 2000) Kaligrafi adalah suatu ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk
huruf tunggal, letak-letaknya, dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat
tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis-garis, bagaimana cara
menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis; menggubah ejaan yang
perlu digubah dan menentukan cara bagaimana untuk menggubahnya.
Menurut Didin Sirojuddin (2006, 3); “Kaligrafi Islam adalah seni
menulis huruf Arab dengan indah yang isinya mengenai ayat-ayat Al-Qur‟an atau
Al-Hadits.”
Jadi bisa disimpulkan sebagai berikut, kaligrafi Islam adalah
seni menulis huruf Arab dengan indah, merangkai susunan huruf-huruf tunggal,
letak-letaknya dan cara-cara merangkai menjadi sebuah kalimat tersusun, yang
isinya mengenai ayat-ayat Al-Qur‟an dan Al-Hadits.
Menurut Abdul Rahman (2006) “Khat adalah rangkaian huruf-huruf
hijaiyah yang memuat ayat-ayat Al-Qur‟an maupun Al-Hadist ataupun kalimat
hikmah di mana rangkaian huruf-huruf itu dibuat dengan proporsi yang sesuai,
baik jarak maupun ketepatan sapuan huruf”.
Jenis-jenis
Khat
Dalam perkembangannya muncul ratusan jenis khat kaligrafi, tidak
semua khat tersebut bertahan hingga saat ini. Terdapat delapan jenis khat kaligrafi yang populer
yang dikenal oleh para pecinta seni kaligrafi di Indonesia, yaitu;
Naskhi
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Kaligrafi gaya Naskhi paling
sering dipakai umat Islam, baik untuk menulis naskah keagamaan maupun tulisan
sehari-hari. Gaya Naskhi termasuk gaya penulisan kaligrafi tertua. Sejak kaidah
penulisannya dirumuskan secara sistematis oleh Ibnu Muqlah pada abad ke-10,
gaya kaligrafi ini sangat populer digunakan untuk menulis mushaf Alquran sampai
sekarang. Karakter hurufnya sederhana, nyaris tanpa hiasan tambahan, sehingga
mudah ditulis dan dibaca.
Tsuluts
merupakan
seorang menteri (wazir) di masa Kekhalifahan Abbasiyah. Tulisan kaligrafi gaya
Tsuluts sangat ornamental, dengan banyak hiasan tambahan dan mudah dibentuk
dalam komposisi tertentu untuk memenuhi ruang tulisan yang tersedia. Karya
kaligrafi yang menggunakan gaya Tsuluts bisa ditulis dalam bentuk kurva, dengan
kepala meruncing dan terkadang ditulis dengan gaya sambung dan interseksi yang
kuat. Karena keindahan dan keluwesannya ini, gaya Tsuluts banyak digunakan
sebagai ornamen arsitektur masjid, sampul buku, dan dekorasi interior.
Farisi
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Seperti tampak dari namanya,
kaligrafi gaya Farisi dikembangkan oleh orang Persia dan menjadi huruf resmi
bangsa ini sejak masa Dinasti Safawi sampai sekarang. Kaligrafi Farisi sangat
mengutamakan unsur garis, ditulis tanpa harakat, dan kepiawaian penulisnya ditentukan
oleh kelincahannya mempermainkan tebal-tipis huruf dalam 'takaran' yang tepat.
Gaya ini banyak digunakan sebagai dekorasi eksterior masjid di Iran, yang
biasanya dipadu dengan warna-warni Arabes.
Riq’ah
Sebagaimana
halnya dengan tulisan gaya Naskhi yang dipakai dalam tulisan sehari-hari.
Riq’ah dikembangkan oleh kaligrafer Daulah Utsmaniyah, lazim
pula digunakan untuk tulisan tangan biasa atau untuk kepentingan praktis
lainnya. Karakter hurufnya sangat sederhana, tanpa harakat, sehingga memungkinkan
untuk ditulis cepat.
Ijazah (Raihani)
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Tulisan kaligrafi gaya Ijazah
(Raihani) merupakan perpaduan antara gaya Tsuluts dan Naskhi, yang dikembangkan
oleh para kaligrafer Daulah Usmani. Gaya ini lazim digunakan untuk penulisan
ijazah dari seorang guru kaligrafi kepada muridnya. Karakter hurufnya seperti
Tsuluts, tetapi lebih
sederhana, sedikit hiasan tambahan, dan tidak lazim ditulis
secara bertumpuk (murakkab).
Diwani
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Gaya kaligrafi Diwani
dikembangkan oleh kaligrafer Ibrahim Munif. Kemudian, disempurnakan oleh Syaikh
Hamdullah dan kaligrafer Daulah Usmani di Turki akhir abad ke-15 dan awal abad
ke-16.
Gaya ini digunakan untuk menulis kepala surat resmi kerajaan.
Karakter gaya ini bulat dan tidak berharakat. Keindahan tulisannya bergantung
pada permainan garisnya yang kadang-kadang pada huruf tertentu neninggi atau
menurun, jauh melebihi patokan garis horizontalnya. Model kaligrafi Diwani
banyak digunakan untuk ornamen arsitektur dan sampul buku.
Diwani Jali
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Kaligrafi gaya Diwani Jali
merupakan pengembangan gaya Diwani. Gaya penulisan kaligrafi ini diperkenalkan
oleh Hafiz Usman, seorang kaligrafer terkemuka Daulah Usmani di Turki. Anatomi
huruf Diwani Jali pada dasarnya mirip Diwani, namun jauh lebih ornamental,
padat, dan terkadang bertumpuk-tumpuk.
Berbeda dengan Diwani yang tidak berharakat, Diwani Jali
sebaliknya sangat melimpah. Harakat yang melimpah ini lebih ditujukan untuk
keperluan dekoratif dan tidak seluruhnya berfungsi sebagai tanda baca.
Karenanya, gaya ini sulit dibaca secara selintas. Biasanya, model ini digunakan
untuk aplikasi yang tidak fungsional, seperti dekorasi interior masjid atau
benda hias.
Kufi
Menurut Didin Sirojuddin (2006), Gaya penulisan kaligrafi ini
banyak digunakan untuk penyalinan Alquran periode awal. Karena itu, gaya Kufi
ini adalah model penulisan paling tua di antara semua gaya kaligrafi. Gaya ini
pertama kali berkembang di Kota Kufah, Irak, yang merupakan salah satu kota
terpenting dalam sejarah peradaban Islam sejak abad ke-7 M.
Khat Arab dinamakan Jazm karena khat kufi pada awalnya bernama
Jazm, sebelum kota Kufah didirikan. Dinamakan Jazm karena dia „juzima‟ atau
terpotong dan dilahirkan dari fan Musnad Humeiri. Khat ini juga disebut sebagai
khat Muzawwa (kubisme) merupakan tulisan Arab yang asal. Khat ini pernah
masyhur di Hirah, Raha dan Nashibain sebelum berdirinya kota Kufah. Tulisan ini
yang juga dipanggil khat Hieri (dari perkataan Hirah) diakui sebagai tulisan
yang pernah memainkan peranan penting dalam menyalin masalah-masalah keagamaan.
Khat kufi mempunyai ciri istimewa dan berbeda dengan khat-khat
lain. Khat kufi mudah dikenal, sifatnya yang bersudut-sudut atau bersegi,
mempunyai ukuran yang seimbang dan spesifik khat ini nampak lebih kokoh dan
ringkas. Sapuan garis vertikalnya pendek manakala sapuan garis horizontal
memanjang dalam ukuran yang sama lebar. Maka ini akan menyebabkan tulisan khat
kufi kelihatan berbentuk segiempat panjang. Hal yang penting dalam menulis khat
ini ialah menekankan bahwa khat kufi dari jenis tulisan yang bersiku-siku.
Kemashyuran khat kufi: Pada pertengahan abad kedelapanlah khat
kufi mencapai tahap kesempurnaannya. Selama tiga ratus tahun lamanya khat kufi
diiktiraf sebagai “raja tulisan” dan merupakan satu-satunya tulisan yang
digunakan untuk menyalin Al-Quran. Umumnya, mushaf-mushaf Al-Quran terdahulu
ditulis dengan khat kufi yang menggunakan format (ukuran) empat persegi
panjang. Pada abad kesepuluh gaya tulisan kursif mulai menjadi terkenal. Khat
kufi juga tidak ketinggalan dan mulai menekankan bentuk gaya kursif dan
geometri yang di kenal sebagai “Kufi Timur”. Didapati bahwa sapuan vertikal
gaya ini adalah lebih lembut berbanding gaya khat kufi sebelum ini yang agak
kasar. Tulisan
Gaya
ini lebih banyak digunakan dalam penulisan buku daripada digunakan dalam hiasan
bangunan. Khat kufi amat masyhur dan terus diutamakan untuk penulisan Al-Quran
hingga diganti dengan gaya naskhi Atabag di zaman Atabag (545H) di Mosul dan
Utara Syam.
Penggunaan khat kufi walaupun telah diketahui bahwa khat kufi
digunakan untuk tugas-tugas menyalin Al-Quran tetapi fungsinya tidak terbatas
pada tugas tersebut saja. Khat kufi turut digunakan sebagai lambang-lambang
dalam transkrip Arab atau sebagai tulisan hiasan.
Pada
abad kelapan khat kufi di gunakan secara meluas dan dicetak pada mata uang
logam dan dan tulisan pada hari-hari kebesaran. Malahan khat kufilah yang
digunakan untuk cetakan mata uang dirham pada zaman al khulafa‟ al rashidin
(r.a), pemerintahan bani Umaiyyah, Abbasiyah dan ketika kekuasaan Islam di
Andalusia (Spanyol). Di Afrika Utara mata uang yang di buat pada akhir abad
pertama dan permulaan abad kedua hijrah dicetak dalam gaya khat kufi dalam tiga
bahasa.
Pada sekitar abad ke-13 dan abad ke-14 khat kufi mulai digunakan
sebagai hiasan pada bangunan. Gaya khat Kufi merupakan satu-satunya gaya yang
di guna untuk menghiasi segenap ruang bangunan yang merupakan satu keistimewaan
yang di miliki oleh seniman Islam.
Di
Morocco khat Kufi banyak di gunakan untuk menulis teksteks sejarah di
sekitar Bandar Attarin Medersa pada kayu, hiasan pada pintu Challah of Rabat
turut menggunakan gaya tulisan khat kufi. Di Alhambra motto Nasrid yaitu „La
ghaliba illallah‟ hanya ditulis dengan gaya khat kufi saja. Tulisan khat kufi
digunakan untuk menulis basmalah di „gate of Udaya‟ di Rabat, mihrab di masjid
agung di Cordova, pada Nilometre* (Miqyas) di pulau roda di Mesir pada abad ke-9.
Seniman-seniman muslim di Mesir dan Syria di bawah khalifah Fathimiyah
(909-1171) menggunakan khat kufi secara meluas dalam
bidang hiasan pada logam, kaca dan tekstil.
Khat kufi hias mencapai puncak
kegemilangannya pada pada abad kesebelas di bawah sultan-sultan Seljuk, yang berkuasa
sejak berakhirnya zaman dinasti Abbasiyah. Malahan pada zaman kerajaan Abbasiyah
sendiri khat kufi digunakan sebagai hiasan pada pelbagai bangunan masjid,
gedung pemerintahan, kubah atau menara azan dan ditulis dalam bentuk ukiran
timbul.
Gaya khat
kufi memiliki beberapa variasi bentuk:
a. Kufi awal
Kufi ini digunakan pada salinan awal Al-Qur‟an, garis horizontal
tulisan kufi ini sering diperpanjang unutk menghasilkan tulisan pendek, gemuk
dan kompak. khat kufi awal mempunyai huruf yang bersegi- segi dan mempunyai
sapuan lembut ke atas dan ke bawah. Sapuan vertikalnya mempunyai ujung yang
dilebarkan dan berakhir dengan lekuk yang serong.
b. Kufi Timur atau Bengkok
Kufi ini merupakan pengembangan dari kufi awal, dimana garis
vertikal diperpanjang dalam gaya baru yang dikembangkan oleh penduduk Persia. Bentuk
ini lazim dikenal sebagai “kufi Timur”, karena contoh-contohnya sangat umum
dalam salinan Al-Qur‟an yang dibuat di Timur. Juga disebut “kufi bengkok”, karena
condong kesebelah kiri coretan vertical pendeknya.Hiasan huruf-hurufnya sering
ditempatkan di bawah baris tulisan. Keseluruhannya, tulisan ini jauh lebih
halus ketimbang bentuk kufi lain di masa itu.
c. Kufi
Bunga.
Selain variasi gaya tulisan kufi yang diperpanjang secara vertikal
dan horizontal, ahli-ahli muslim mengembangkan varian baru bentuk yang pada
dasarnya bundar. Tiap ragam tulisan kufi yang paling terkenal merupakan hasil
dari perpanjangan huruf-hurufnya sendiri menjadi berbagai motif non kaligrafis.
Salah satu diantara gaya-gaya ini, dimana vertikal tulisan diperpanjang menjadi
bentuk daun dan bunga, hingga dikenal dengan nama “kufi bunga”.
d. Kufi Berjalin
Kufi ini sama halnya dengan kufi bunga dimana garis vertical
diperpanjang menjadi jalinan yang saling terhubung dengan huruf lainnya,
sehingga menghasilkan suatu jalinan yang dekoratif., unik dan sangat menarik.
Gaya ini banyak dipakai untuk dekorasi hiasan dinding rumah dan masjid.
e. Kufi Kotak
Gaya
ini merupakan gaya kufi yang lebih menyederhanakan bentuk kufi itu sendiri
menjadi berbentuk kotak-kotak geometris, sangat kaku. Tetapi dengan jalinan
satu huruf dengan huruf yang lain sehingga menjadi suatu harmoni yang baik dan
enak dilihat.
Bentukdan
karakter masing-masing huruf lebih cenderung menampakkan sebuah ornamen
(hiasan), atau timbulnya sifat keterkaitan antara huruf satu dengan yang lain,
yang membentu hiasan.
Kufi awal
Kufi timur/bengkok
Kufi bunga
Kufi berjalin
Kufi kotak
Cara penulisan dan penggunan khat ini tetap dikembalikan pada
asal-muasal tiap-tiap huruf, seperti dibawah ini:
1.alif, 2.Ba’, 3.Ha’, 4.kho', 5.dal, 6. Ro’, 7.sin, 8.shod, 9.
Tho’, 10. ‘ain, 11. Fa’, 12.fa’, 13.wa’, 14.wa’, 15.kaf, 16.kaf, 17.kaf,
18-23.Ya’, 24.kha’, 25-26.sin, 27.shod, 28.tho, 29.Ha’, 30.wa’, 31.Lam alif,
32.Ya, 33.Ya’, 34.Lam alif.
0 komentar:
Posting Komentar